Tak pernah terbesit sedikit pun dalam pikiranku, raga ini bisa mendarat di Stasiun Tugu Yogyakarta. Stasiun kereta api sebagai saksi atas kehadiranku untuk memenuhi janji. Sebuah janji yang telah kutulis dalam group WhatsApp berlabel Rumah Virus Literasi (RVL). Sebuah komunitas menulis yang memiliki visi dan misi yang jelas dalam arahan Emcho, Master menulis yang selalu hadir membakar semangat untuk berliterasi.

Tiket KAI Ranggajati Kelas Bisnis membawaku ke Yogyakarta. Duduk sendiri di bangku kelas bisnis, hingga membawaku berhenti di tujuan terakhir, yakni stasiun Tugu Yogyakarta. Namun tiga puluh menit jelang sampai di statiun Tugu, gawaiku tiba-tiba berdering. Kutengok, ooooh ternyata dari Mien Sumintarsih salah seorang anggota group RVL.

Melalui gawai, Mien panggilannya menanyakan posisi keberadaanku saat itu. Dengan penuh keakraban kujawab, bahwa posisiku masih di dalam kereta dan akan tiba di stasiun Tugu kurang lebih tiga puluh menit lagi. Mien memberikan kabar, bahwa dirinya telah sampai di stasiun Tugu dan akan setia menunggu kedatanganku. Ia pun menambahkan informasi, bahwa driver dari BBGP di mana tujuan akhir kami telah memberi kabar, bahwa posisinya sudah di parkiran stasiun Tugu.

Duduk Sendiri Di Bangku Kelas Bisnis KAI Ranggajati Menuju Stasiun Tugu Yogyakarta. Foto: Dokpri

Pertemuanku dengan Mien Sumintarsih
Siapa yang mampu merubah skenario Allah? Sangat yakin, dan haqqul yaqin tentu jawabnya “Tidak Ada.” Begitu pun pertemuanku dengan Mien Sumintarsih dan seorang driver BBGP bernama Dimas. Antara kami bertiga, jauh hari tidak ada janji namun kini hanya dalam hitungan beberapa menit dapat melakukan konfirmasi dan dipertemukan di tempat yang sama, yakni stasiun Tugu Yogyakarta.

Saat Tiba di Stasiun Tugu Yogyakarta. Foto: Dokpri

Melalui gawai kami dapat bertemu di pintu keluar stasiun Tugu. Di pojok pintu keluar, kudapati driver Dimas datang menghampiri. Dengan santun driver Dimas minta izin untuk membawa kendaraan menuju tempat kami berada. Kendaraan Innova berwarna hitam telah menjemput dan mengantar kami hingga sampai pada sebuah gedung yang belum pernah kami singgahi, yakni gedung Balai Besar Guru Penggerak (BBGP). Gedung yang berlokasi di Jalan Kaliurang Km 6, Sambisari, Condongcatur Depok Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta begitu megah dan asri.

Sampai di BBGP, kami disambut dua orang perempuan paruh baya selanjutnya diarahkan untuk melakukan registrasi sekaligus pengambilan kunci kamar. Berdua dengan Mien Sumintarsih akhirnya menuju kamar masing-masing. Mien Sumintarsih menempati kamar nomor 18, sementara diriku menaiki tangga di lantai dua di kamar nomor 22.

Sebelum sampai di kamar nomor 18, kami bertemu dengan Panca Lukitasari. Yaa…Panca Lukitasari nama penulis yang tak asing lagi di group Rumah Virus Literasi (RVL). Imajinasinya cukup kuat ketika menuliskan sesuatu yang mengandung mistis atau horor. Hanya sekedar menyapa dan setelah itu kami berpamitan menuju kamar untuk istirahat sejenak.

Kembali lagi-lagi masih bersama Mien Sumintarsih, diriku diantar hingga di depan kamar nomor 22. Keluar ucapan terimasih yang tak terhingga dari lisanku untuk Mien Sumintarsih.

Kamar Nomor 22 di Lantai Dua

Menuju kamar nomor 22 tubuhku agak merinding, dasar diriku aslinya sangat penakut. Terlebih saat melewati kamar nomor 21 yang saat itu pintu kamarnya terbuka separuh. Sambil berjalan menuju kamar nomor 22, kusempatkan mata ini melirik ke arah kamar nomor 21. Hatiku saat itu berkata, ini kamar kok terbuka. Berlanjut muncul sebuah pertayaan, apakah ada teman-teman yang sudah datang dan menempati kamar tersebut? Ya sudahlah, akhirnya kusimpan dulu pertanyaan itu.

Waktu pun berjalan, sambil berbenah dan bersih diri dilanjutkan dengan beribadah melaksanakan sholat. Ku tengok lewat jendela, di luar masih nampak sepi. Ku tengok lorong lantai dua juga masih sepi, kututup lagi kamarku. Sambil rebahan, kubuka WhatsApp group RVL, barangkali ada informasi terbaru yang belum terbaca.

Menurut Informasi yang kudapat, bahwa diriku nanti satu kamar dengan Milla Efendy. Bagaimana sosok Milla Efendy yang selama ini bertugas merekap semua tulisan di group RVL? Jujur diriku belum bisa membayangkan. Sampai menjelang maghrib Milla Efendy yang kutunggu belum juga muncul di kamar nomor 22.

Pertemuanku dengan Sri Sugiastuti

Setelah sholat, Mien Sumintarsih memanggilku lewat gawai dan menawarkan apa tidak ingin turun ke lantai satu untuk bertemu dengan teman-teman yang sudah datang. Karena ada rasa takut, diriku minta agar dijemput di lantai dua.

Jawaban Mien Sumintarsih membuatkan sadar diri, siapa sih diriku kok minta dijemput. Akhirnya aku pun bergegas turun untuk menemui Mien Sumintarsih. Cuaca saat itu hujan gerimis, menambah suasana menjadi semakin dingin dan menakutkan.

Masih di lantai satu, akhirnya kami berdua dipertemukan dengan sosok yang selama ini dipanggil dengan Bu Kanjeng. Yaa panggilan Bu Kanjeng begitu familier dengan kami. Dan lebih familer lagi ketika kami bertemu langsung di dunia nyata. Saat itu kami sempat bertanya kepada Bu Kanjeng. Apakah di lantai dua sudah ada teman-teman yang datang? Belum ada yang datang, jawab Bu Kanjeng saat itu. Waduh lengkap sudah rasa takut ini. Dan timbul pertanyaan lagi, kalau belum ada yang datang, mengapa di kamar nomor 21 kok terbuka?

Dengan ramah Bu Kanjeng menyarankan masuk ke kamar 6 di lantai bawah saja, karena Milla Efendy sudah ada di kamar tersebut. Diriku semakin bingung, bukankah sejak tadi diriku menunggu Milla Efendy. Ternyata Milla Efendy sudah datang dan masuk di kamar nomor 6. Usai bertemu dengan Bu Kanjeng, maka bergegaslah diriku berkemas mengambil barang bawaan dan segera bergabung dengan Milla Efendy.

Satu Kamar dengan Milla Efendy

Walau belum pernah bertemu di darat, namun kami cepat saling kenal dan berbagi cerita. Cerita daerah asal masing-masing, cerita aktivitas kita di sekolah, bagaimana teman-teman kita di sana, sampai akhirnya cerita tentang Master Cho yang hadir menyemangati kami dalam berliterasi. Suasanapun menjadi hangat, ketakutan yang menghantui diriku akhirnya sirna bersama hangatnya cerita yang kami bagikan.

11 comments

  • Wyda Ayu 31st Oktober 2022 , 13:22

    Mantab bu

    Balas
  • Wijaya Kusumah 31st Oktober 2022 , 13:08

    Asyik bisa kopdar di Yogyakarta

    Balas
  • Wijaya Kusumah 31st Oktober 2022 , 13:05

    Asyik bisa ikut kopdar di Yogyakarta

    Balas
  • Much Khoiri 31st Oktober 2022 , 11:41

    Superjosss

    Balas
  • Much Khoiri 31st Oktober 2022 , 11:39

    Catatan kisah yang menarik diikuti. Lalu, apa hasil refleksinya ya

    Balas
  • Daswatia Astuty 31st Oktober 2022 , 11:36

    Ihhh tulisan yg bagus, jd tahu masalahnya. Maaf ya 🙏🏻🙏🏻🙏🏻Kopdar 2 nanti jd perhatian .

    Balas
    • Sri Sugiastuti 31st Oktober 2022 , 13:58

      Ahay..ayo dilanjutkan ya
      Saya sebagai orang yang mendata peserta dan urusan nomor kamar cuma ngintip dari yang mengaturnya. Waktu dan kegiatan cukup padat merayap sehingga rasa kopdar ya belum terasa. Insyaallah akan ada remidi.

      Balas

Leave a Reply