Judul Buku : MENENUN NUSANTARA (JILID 1)
Pengarang Buku : Wahyuningsih, dkk.
Penerbit : PT Nyala Masadepan Indonesia
Kota : Surakarta
Tahun : 2022 Oktober
Ketebalan : 162 Halaman
ISBN : 978-623-406-801-6
Peresensi : Nur Sjamsuarini Pudji Astutik, S.Ag.*)
Buku ini merupakan karya antologi esai 32 guru penulis di Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur. Guru penulis di Kabupaten Sidoarjo ini ingin mengambil peran dalam upaya menggali dan merawat kearifan lokal Kabupaten Sidoarjo. Mengapa hal ini dilakukan? Tentu banyak faktor yang melatarbelakanginya, termasuk di dalamnya adalah munculnya upaya meneguhkan kesadaran bersejarah (awareness of history) bagi seluruh masyarakat Kabupaten Sidoarjo dan sekitarnya. Melalui membaca, menulis dan menerbitkannya dalam bentuk karya buku bersama, tentu berharap agar kekayaan Sidoarjo yang terdiri atas beragam kesenian, cagar budaya, dan pesona wisata Sidoarjo dapat terinventarisir melalui sebuah karya.
Buku karya antologi kumpulan 32 esai guru penulis Sidoarjo yang berhasil diterbitkan ini terdiri atas beberapa judul seperti “Harmonisasi Nilai Agama dan Budaya Sebagai Asset Unggul Kemajuan Pendidikan di Sidoarjo, Kemeriahan Tradisi Barikan Masyarakat Desa Sambibulu, Kampung Bambu Seketi Riwayatmu Kini, Batik Tulis Jetis Sebagai Salah Satu Pusat Keunggulan Ekonomi di Sidoarjo, Pengaplikasian Tari Banjar Kemuning Bagi Pelajar, Pergeseran Fungsi Reog Cemandi, Nyadran Desa Tambak Cemandi, Bandeng Legenda Khas Kabupaten Sidoarjo, Pembelajaran Menulis Pentigraf Berbasis Kearifan Lokal Sidoarjo, Tradisi Lelang Bandeng Kawak di Sidoarjo, Tarian Khas Sidoarjo, dan Konservasi Cagar Budaya Candi Pari Melalui Etnopedagogi.”
Dari buku berwarna coklat disertai sketsa gambar yang tidak semua orang mampu memahami makna dari sketsa tersebut, namun peresensi yakin bahwa sketsa tersebut mewakili keberagaman cagar budaya maupun keunikan dari tarian maupun tradisi masyarakat yang telah berkembang sejak ratusan tahun silam. Mengapa buku yang keren ini berjudul “Menenun Nusantara? Tentu pembaca bertanya-tanya. Nah, untuk menghilangkan penasaran yang muncul, mari langsung saja kita simak penjelasan berikut ini.
Nusantara merupakan istilah dalam Bahasa Jawa Kuno yang dipengaruhi oleh Bahasa Sansekerta. Istilah Nusantara dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sebutan bagi seluruh wilayah Kepulauan Indonesia. Sebagai Negara kepulauan, Indonesia merupakan Negara yang kaya akan budaya. Setiap pulau dan setiap daerah memiliki aspek lokalitas yang menjadi identitas dalam kehidupan masyarakatnya. Sidoarjo termasuk salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Timur yang memiliki aspek lokalitas tersebut. Dengan kecanggihan teknologi, masyarakat dapat dengan mudah mencari informasi tentang aspek lokalitas setiap daerah, termasuk Sidoarjo. Namun demikian, dengan banyaknya informasi digital sebenarnya belum mampu menampung kekayaan tradisi dan budaya dari suatu daerah.
Kemajuan teknologi memang ada sisi positifnya, namun jangan lupa bahwa sisi kurang menguntungkan juga dapat dirasakan. Bayangkan, masyarakat dapat dengan mudah mengenal budaya manca negara, namun mereka lupa dengan kekayaan budaya lokal yang dimiliki oleh masing-masing daerah di negara kita. Ibaratnya kita berada dalam kondisi seolah menjadi pisau yang satu sisinya tajam, sementara sisi yang lainnya tumpul. Artinya tajam karena memperkaya budaya dengan menyerap budaya asing, tapi tumpul karena budaya lokal tidak pernah digali lagi bahkan nyaris akan semakin ketinggalan jaman.
Buku Menenun Nusantara ini adalah bentuk apresiasi dan upaya pelestarian kearifan lokal di Kabupaten Sidoarjo dalam bentuk esai, serta ditulis oleh 32 penulis yang memiliki keterikatan pada daerah yang berjuluk Kota Delta. Karya-karya yang dihasilkan dalam buku ini memuat ulasan budaya, tradisi, kekayaan geografis dan sosial, serta potret sejarah yang dikemas oleh keintiman emosi penulis dengan daerahnya.
Setelah menyimak lembar demi lembar isi buku ini, mata langsung tertuju pada satu judul “Tradisi Lelang Bandeng Kawak di Sidoarjo.” Penasaran untuk menyusuri tradisi lelang bandeng yang dinarasikan cukup menarik oleh penulis, maka terjawab sudah pertanyaan yang membuat penasaran peresensi hingga melambung tinggi di atas langit. Dalam narasi “Tradisi Lelang Bandeng Kawak di Sidoaro,” Penulis mengisahkan masa kecilnya saat menghadiri acara lelang bandeng bersama ayah, dan bunda. Ayah penulis yang berprofesi sebagai seorang guru memiliki misi ingin memperkenalkan secara langsung kepada putrinya tentang tradisi lelang bandeng.
Lelang bandeng kawak di Kabupaten Sidoarjo adalah melelang ikan bandeng seperti yang pernah dilakukan oleh daerah-daerah lain di luar Sidoarjo. Walaupun demikian, namun lelang bandeng di Sidoarjo ini lain daripada yang lain. Artinya tidak sembarang ikan bandeng dapat diikutsertakan dalam kegiatan lelang tersebut. Ikan bandeng yang dapat diikutkan dalam kegiatan lelang adalah ikan bandeng yang dipelihara secara khusus selama 5 sampai 10 tahun. Dengan waktu pemeliharaan yang cukup panjang diharapkan bandeng yang dihasilkan mampu mencapai berat antara 7 sampai 10 kg per ekor.
Kegiatan lelang bandeng ini biasanya dilakukan oleh pemerintah daerah pada malam hari dan dilaksanakan secara terbuka di alun-alun Sidoarjo. Karena dilaksanakan secara terbuka bagi masyarakat umum, maka tak heran ribuan pengunjung pada malam tersebut sangat beragam. Keberagaman pengunjung yang hadir notabene bukan hanya berasal dari Sidoarjo, akan tetapi banyak juga masyarakat yang berasal dari luar kota Sidoarjo. Hal ini tentunya menambah nilai keunikan tersendiri bagi masyarakat Sidoarjo.
Kembali penulis juga sampaikan, bahwa munculnya gagasan kegiatan lelang bandeng kawak di Sidoarjo ini tentunya memiliki maksud dan tujuan, di antaranya selain untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad Saw, dan menjunjung nilai-nilai religius, Pemerintah daerah Kabupaten Sidoarjo juga ingin memromosikan hasil kekayaan daerah khususnya dari hasil perikanan khas Sidoarjo, yakni ikan bandeng. Tradisi unik yang diharapkan dapat mengangkat nama Kabupaten Sidoarjo seyogyanya tetap dilestarikan sampai kapanpun. Banyak nilai filosofi yang dapat dipetik dari kegiatan yang menyertakan rakyat khususnya bagi para petani tambak. Bagaimana tidak, karena justru pada momen-momen semacam ini dapat meningkatkan gairah para petani tambak untuk berkompetisi, bergiat bersama dalam mengembangkan budidaya Perikanan di Kabupaten Sidoarjo.
Kiranya melalui buku dengan ketebalan 162 halaman ini, penulis ingin menyampaikan informasi. Untuk selanjutnya berharap agar informasi positif ini dapat ditangkap oleh pembaca dan seluruh masyarakat. Buku ini sangat layak sebagai bahan bacaan karena dapat menambah khasanah pengetahuan tentang budaya yang berkembang khususnya di daerah Kabupaten Sidoarjo. Indonesia sangat kaya dengan beragam budaya dan kearifan lokal yang dimilikinya. Mari kita menjelajah satu per satu kekayaan budaya Indonesia dengan gemar membaca. Ingat bahwa membaca adalah jendela dunia.
PROFIL PENULIS
Nur Sjamsuarini Pudji Astutik. Lahir di Sidoarjo, 10 November 1970. Saat ini tinggal di Kota Sidoarjo Jawa Timur. Lulusan S1 Institut Agama Islam Negeri Surabaya dan lulusan terbaik S2 Institut Agama Islam Al – Khoziny ini adalah berprofesi sebagai guru di MTsN 4 Sidoarjo Jawa Timur. Mengawali menulis sejak mengikuti pelatihan menulis Sagu Sabu bersama MediaGuru 2018 di Kediri Jawa Timur.
Dalam perjalanannya menulis buku, penulis telah menerbitkan tiga belas buku tunggal (Solo) dan tiga puluh buku antologi. Selain buku, ia juga menulis opini, esai, artikel ilmiah popular, resensi buku dan reportase.
Karyanya pernah dimuat diberbagai media masa manual maupun online. Sebagai penulis dan editor, baik buku fiksi maupun non fiksi, Penulis telah tersertifikasi dengan hasil dinyatakan kompeten oleh Lembaga Sertifikasi Profesi Penulis dan Editor Buku Profesional (LSP PEP). Baginya, menulis adalah pekerjaan yang penuh tantangan, karenanya tidak semua orang bisa menekuninya dengan baik. Oleh karena itu dia berusaha belajar dan terus belajar sehingga menghasilkan karya berupa buku yang siap dibaca dan bernilai manfaat bagi banyak orang. Penulis dapat dihubungi di: No. WA 082331210880, email: nurpudjiastutik10@gmail.com IG: nur_pudji_astutik

