Beberapa bulan yang lalu tepatnya dua minggu setelah kegiatan Masa Ta’aruf Siswa Madrasah (Matsama) Tahun Pelajaran 2023/2024, saya yang kebetulan mendapatkan tugas tambahan sebagai walikelas, saat itu menerima panggilan seluler dari orang tua siswa tentang masalah yang dihadapi putrinya di kelas.
Berikut curhatannya, “Ibu mohon maaf sebelumnya, malam-malam begini telah mengganggu waktu istirahat panjenengan. Namun saya selaku orangtua siswa, rasanya tak tega melihat perubahan perilaku putri saya yang akhir-akhir ini selalu sedih, mengurung diri di dalam kamar dan menangis. Saya mencoba bertanya, apa yang terjadi? Alhamdulillah akhirnya putri saya mau mengungkapkan semua yang dialami saat di kelas. Mohon maaf sebelumnya ya bu…rupanya masalah ini berawal di kelas, saat berada di kelas putri saya mendapatkan perlakukan yang tidak menyenangkan dari teman-temannya. Putri saya diolok-olok katanya jelek, hitam, tidak cantik dan Bodoh. Hal ini sangat berdampak bu…, sehingga putri saya tidak mau berangkat ke sekolah. Harapan kami selaku orang tua, tolong ya bu… bagaimana caranya agar putri saya mau sekolah lagi dan menjadikan dia nyaman berada di kelas bersama dengan teman-temannya.
Begitulah curhatan yang saya dengar langsung dari orangtua siswa melalui panggilan seluler. Curhatan tersebut sejatinya dapat menjadi bahan renungan bagi semua guru. Mengambil langkah positif dan menentukan strategi apa yang harus dilakukan ketika guru dihadapkan pada permasalahan yang identik dengan istilah bully di sekolah. Tulisan ini sangaja saya angkat, bukan karena ingin menyampaikan berita negatif pendidikan kepada masyarakat luas, namun sejatinya saya ingin agar guru memiliki persepsi yang sama dan menentukan langkah positif untuk membangkitkan semangat siswa agar mau kembali ke sekolah. Karena pada dasarnya dia memiliki hak yang sama yaitu agar dapat melanjutkan studi dengan baik dan meraih kesuksesan yang sama di “era merdeka belajar”, seperti saat ini.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) versi V, era memiliki makna kurun waktu dalam sejarah; sejumlah tahun dalam jangka waktu antar peristiwa penting dalam sejarah; masa. Nadiem Makarim selaku Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia menyampaikan, bahwa guru dan siswa memiliki kebebasan dalam berinovasi, mampu belajar dengan mandiri, dan kreatif. Sementara itu dalam dunia pendidikan, merdeka belajar mencakup kondisi merdeka dalam mencapai tujuan, metode, materi, dan evaluasi pembelajaran baik bagi guru dan siswa memiliki kemerdekaan atau kebebasan yang seolah membelenggu agar mampu mengembangkan setiap potensi diri untuk mencapai tujuan pendidikan.
Guru Inspiratif
Guru Inspiratif adalah guru yang dapat memberikan pembelajaran secara kreatif, inovatif dan menyenangkan sehingga menciptakan siswa yang aktif di dalam kelas. Guru inspiratif tidak hanya menjadi teladan, tetapi juga bisa membuka wawasan siswanya. Menjadi guru Inspiratif tentu tidaklah mudah, semudah membalikkan telapak tangan. Karena sesungguhnya kehadiran guru inspiratif harus mampu menginspirati bagi siswanya untuk berpikir, sehingga rasa ingin tahunya selalu berkembang dan terjadi perubahan bagi diri siswa ke arah yang lebih baik.
Guru sebagai tenaga pendidik profesional tidak cukup hanya menguasai ilmu yang akan diajarkannya, melainkan juga dituntut memahami kondisi peserta didik yang dihadapinya. Sehingga sangat diperlukan guru yang inspiratif, yang mampu mendidik, bukan hanya menuntut peserta didik untuk berprestasi namun ia mampu memberikan teladan yang baik, dan bisa memahami kondisi kejiwaan peserta didik, serta mampu memotivasi dan memberi semangat peserta didiknya ke arah yang dinamis. Guru yang inspiratif harus mampu memberikan layanan pendidikan kepada peserta didik dengan berbagai latar belakang yang berbeda (fisik, intelektual, sosial-emosional).
Ngainun Naim (2016) pernah menyatakan bahwa keberhasilan seseorang dalam hidupnya setidaknya dipengaruhi oleh tiga hal, yaitu peran guru inspiratif, kemampuan konspiratif dalam membangun iklim pembelajaran yang semakin menyuburkan arti makna inspiratif serta usaha dari seorang siswa sendiri dalam rangka meraih kesuksesan, baik ketika masih sekolah maupun setelah menyelesaikan jenjang pendidikannya.
Pada titik inilah peran guru inspiratif sangat diharapkan, perannya dalam turut menyulutkan api semangat menuju sukses terutama dalam rangka turut mengambil peran untuk menyelesaikan beragam masalah yang muncul di dunia pendidikan, seperti sebuah curhatan yang dilakukan orangtua siswa kepada gurunya.
Hal ini menjadi bagian yang perlu disikapi secara bijak oleh guru. Adapun solusi bijak yang dapat disampaikan dalam memberikan respon dari permasalahan di atas diantaranya sebagai berikut; Pertama, melakukan komunikasi yang baik dari tiga unsur, yakni siswa, guru dan orang tua. Kedua, mengumpulkan informasi dari beberapa sumber. Ketiga, melakukan komunikasi yang efektif dengan sumber masalah, atau yang melakukan tindakan. Keempat, memberikan nasihat dan memotivasi siswa untuk melakukan hal-hal yang positif. Kelima, memantau terus setelah dilakukan beberapa tindakan.
Kesimpulan
Sesungguhnya di era merdeka belajar semua komponen pendidikan diharapkan mampu menjalankan perannya sesuai dengan kapasitasnya masing-masing. Sudah menjadi sebuah keniscayaan bahwa setiap saat, setiap waktu dunia pendidikan pasti mengalami permasalahan. Mulai dari kondisi iklim belajar, kondisi siswa, sarana prasarana, dan lain sebagainya.
Menuntut peran dari semua pihak, dan tindakan atau sikap yang bijak dalam menyelesaikan semua permasalah yang muncul. Sebagaimana konsep pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan), bahwa tujuan pendidikan itu akan berhasil dicapai jika tiga pilar pendidikan saling berkontribusi dengan baik, yakni Keluarga, Sekolah, dan Masyarakat. Tiga unsur yang saling memberikan semangat dan saling melengkapi.
