Menjadi mahasiswa merupakan impian yang kudamba sejak di bangku sekolah. Berangan-angan bisa menikmati bangku kuliah, bangganya luar biasa. Anganku terwujud pada 1989, usai dinyatakan lulus dari lembaga Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN) yang berkedudukan di kota Mojokerto.
Ingin mahir dalam bahasa Inggris dan masuk di Perguruan Tinggi Negeri Jurusan Sastra Inggris ternyata menemui kegagalan. Akhirnya ambil pilihan berikutnya, yakni masuk seleksi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Fakultas Tarbiyah dan dinyatakan lulus. Perkuliahan dimulai, berangkat dari rumah menuju kampus diperkirakan butuh waktu sekitar 45 menit. Pergi pulang memakai angkutan umum dengan biaya kurang lebih seribu rupiah.
Suatu ketika, aku diajak teman untuk membeli buku di toko buku terlengkap di daerah Tunjungan. Dari kampus, kita sepakat naik bus dan diperkirakan tigapuluh menit akan sampai di toko buku tersebut. Benar-benar pengalaman yang menakutkan, tak pernah kuduga sebelumnya bahwa di dalam bus banyak komplotan preman yang sangat sadis.
Nampak seorang gadis naik bus di depan pertokoan, seperti biasa kondektur pasti berteriak dan meyakinkan penumpang, bahwa masih banyak tempat duduk kosong di dalam bus. Kenyataannya tidaklah demikian, setelah gadis tersebut naik ternyata tidak ada satu tempat duduk pun yang kosong. Posisi berdiri dan bersandar di kursi, tanpa disadari oleh si gadis bahwa tas putih yang tergantung di tangannya dalam keadaan terbuka.
Terlihat oleh komplotan preman, seluruh isi tas si gadis tersebut. Tanpa berpikir panjang, dan dalam waktu sekejab saja maka raiblah barang berharga yang terdapat di dalam tas si gadis. Sebenarnya ada usaha untuk memberi kode kepada si gadis agar berhati-hati dan segera menutup tas rapat-rapat. Tapi ketika niatan itu akan dilakukan oleh seseorang yang kebetulan duduk di sampingku, maka secepat itu pula komplotan preman beraksi dan menarik baju orang tersebut dengan kencang. Tak berani melakukan perlawanan, karena komplotan preman di dalam bus tersebut ternyata lebih dari dua orang.
Dengan pasrah dan kecewa karena tidak berhasil membantu si gadis dari musibah, hingga akhirnya si gadis turun dari bus dalam keadaan tidak menyadari bahwa isi dari tas sudah raib berpindah ke tangan komplotan preman di dalam bus.
