Masih melekat dalam ingatan Rini empat puluh tahun silam. Suatu masa yang cukup panjang dan ingatan itu masih terikat lekat dalam otaknya. Ada apa dengan empat puluh tahun silam dengan Rini? Tak perlu kepo karena jawabannya sangat sederhana, yakni saat itu Rini masih duduk di kelas dua sebuah Madrasah Ibtidaiyah (MI) swasta di kawasan Sidoarjo kota, di mana hampir setiap tahun ia selalu diajak ayah bunda ke alun-alun Kota Sidoarjo. Hal ini dilakukan oleh ayah bunda Rini bukan tanpa alasan, akan tetapi ayah bunda Rini yang berprofesi sebagai guru, saat itu secara tidak langsung ingin memperkenalkan kepada putra-putrinya tentang tradisi lelang bandeng kawak di Kota Sidoarjo.
Tradisi lelang bandeng kawak atau bandeng dengan ukuran jumbo merupakan salah satu tradisi unik yang dimiliki oleh Kabupaten Sidoarjo. Tradisi ini biasanya digelar bersamaan dengan memperingati Maulid Nabi Muhammad Saw atau bertepatan dengan memperingati hari jadi Kota Sidoarjo. Bagaimana dan mengapa tradisi lelang bandeng kawak ini dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Sidoarjo? Menurut M. Sholeh yang saat itu tahun 2019 masih menjabat sebagai Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sidoarjo menjelaskan bahwa kegiatan lelang bandeng kawak di Kabupaten Sidoarjo adalah melelang ikan bandeng, akan tetapi tidak sembarang ikan bandeng dapat diikutkan dalam lelang tersebut. Ikan bandeng yang dapat diikutkan dalam kegiatan lelang tersebut adalah ikan bandeng yang dipelihara secara khusus selama 5 sampai 10 tahun. Dengan waktu pemeliharaan yang cukup panjang, akhirnya bandeng yang dihasilkan mampu mencapai berat antara 7 sampai 10 kg per ekor.
Secara teknik, tradisi lelang bandeng kawak ini biasanya dilaksanakan pada malam hari dan dilakukan secara terbuka di alun-alun Sidoarjo. Karena dilaksanakan secara terbuka bagi masyarakat umum, maka tak heran ribuan penunjung pada malam tersebut sangat beragam. Keberagaman pengunjung yang notabene tidak hanya berasal dari Kota Sidoarjo saja, akan tetapi masyarakat luar Sidoarjo pun berduyun-duyun ingin menyaksikan keseruan lelang bandeng kawak di Sidoarjo.
Masih terngiang dalam ingatan Rini, suasana malam yang hingar bingar dengan banyaknya pengunjung yang banyaknya atraksi maupun wisata yang beragam di sepanjang kawasan alun-alun Sidoarjo. Ada wisata kuliner, beragam mainan anak-anak, pameran budaya/expo, pertunjukan wayang, sendra tari, lomba MTQ, puncak acaranya yakni disuguhkan pagelaran wayang kulit dan lelang bandeng kawak.
Tradisi lelang bandeng kawak sejatinya telah berlangsung selama 57 atau lebih tepatnya diselenggarakan pertama kali pada tahun 1962 pada masa Bupati R. Samadikoen. Lelang bandeng kawak ini diikuti oleh para petani tambak, di mana tercatat dalam sejarah bahwa pada tahun 2019 tradisi lelang bandeng kawak di Kabupaten Sidoarjo ini pernah berhasil mengumpulkan dana sebesar Rp700 juta. Menurut catatan panitia, pemenang lelang bandeng kawak pada tahun 2019 adalah PT Minarak Brantas Gas sebagai penawar tertinggi dengan total Rp200 juta. Pemenang kedua dari PT Argent Park Kidul dengan penawaran Rp125 juta, pemenang ketiga dari Fandi Utomo Rp80 juta, dan untuk pemenang terakhir dari PT Yang Utama dengan penawaran Rp70 juta. Lebih detail, M. Sholeh, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sidoarjo menjelaskan bahwa pada saat itu berhasil mencatat total ada empat bandeng kawak yang dilelang.
Munculnya gagasan kegiatan lelang bandeng kawak di Kabupaten Sidoarjo tentunya memiliki maksud dan tujuan yang pasti, di antaranya selain untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad Saw dan menjunjung tinggi nilai-nilai religius. Perlu disampaikan ada satu obsesi lagi yang sangat diharapkan oleh Pemerintah Kabupaten Sidoarjo, yakni menjadi ajang promosi hasil kekayaan daerah kusunya hasil perikanan khas Sidoarjo, yaitu ikan bandeng. Tradisi unik yang dapat mengangkat nama Kabupaten Sidoarjo seyogyanya tetap dilestarikan sampai kapan pun. Banyak nilai filosofi yang dapat dipetik dari kegiatan yang menyertakan rakyat khususnya bagi para petani tambak. Bagaimana tidak karena justru momen-momen semacam ini dapat meningkatkan gairah para petani tambak untuk saling berkompetisi, bergiat bersama mengembangkan budidaya perikanan di Kabupaten Sidoarjo.
Begitulah cara ayah bunda Rini mengenalkan secara langsung tradisi baik lelang bandeng yang sudah mengakar khususnya bagi para petani ikan di wilayah Sidoarjo. Dengan menunjukkan secara langsung, ayah bunda berharap putra-putrinya dapat mengenal budaya maupun tradisi yang menjadi kekhasan kota Sidoarjo. Dalam perkembangan berikutnya, putra-putri kita diharapkan mampu mengambil peran untuk mengembangkan dan berinovasi sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
