Kalau boleh memilih, maka seseorang akan memilih terlahir dari seorang Sultan. Harta melimpah, tak habis dimakan sampai tujuh turunan. Berada dekat dengan keluarga, bisa merawat, dan mendampingi orang tua dikala usia senja. Memiliki keturunan salih salihah. Tidak ada cacat dimata manusia, terlebih di hadapan Sang Kuasa Yang Maha Perkasa. Namun itu hanya mimpi seseorang yang tidur di siang hari. Mungkin karena lupa cara bersyukur kepada Sang Pencipta, Allah Subhanahu Wata’ala.

Beberapa waktu lalu, seluruh umat Islam memeringati tahun baru hijriyah. Tahun yang diawali dengan peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad Saw dari Mekah ke kota Madinatul Munawaroh dalam rangka untuk syiar agama Allah. Semoga kita dapat memetik hikmah dari peristiwa bersejarah tersebut, artinya kita mampu untuk berhijrah dari perilaku kurang baik menuju pada tatanan kehidupan yang lebih baik.

Jangan lupa bahwa Allah adalah pemilik bumi dan segala isinya. Apa pun yang jika telah dikehendaki oleh Allah, maka tidak ada satu makhluk pun yang mampu menghalangi-Nya. Demikian juga kepada manusia yang bergelimang harta, berjuta kenikmatan, namun lupa dengan keluarga dan orang-orang di sekitarnya. Lupa untuk berbuat baik, lupa untuk bersedekah, dan nyaris lupa membelanjakannya di jalan Allah swt. Allah Maha Tahu dan boleh jadi Allah mengulur waktu agar manusia sadar, sampai ajal menjemputnya atau terjadi bencana yang melanda.

Bukankah Allah telah menjelaskan semua di dalam Q.S Al A’raf ayat 182, yang artinya: “Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, akan Kami biarkan mereka berangsur-angsur (ke arah kebinasaan), dengan cara yang tidak mereka ketahui”.

Demikian juga telah diterangkan dalam Q.S Al Qalam ayat 44, yang artinya: “Maka serahkanlah kepada-Ku (urusannya) dan orang-orang yang mendustakan perkataan ini (Al-Qur’an). Kelak akan Kami hukum mereka berangsur-angsur dari arah yang tidak mereka ketahui.”

Al-Qur’an telah menjelaskan bahwa Allah mengulur kenikmatan kepada manusia sehingga mereka semakin tenggelam dalam kemaksiatan dan semakin lupa diri di bawah kendali hawa nafsunya. Kenikmatan yang tak disyukuri seringkali akan berubah menjadi bencana. Bukankah telah dijelaskan dalam Q.S Ibrahim ayat 7, yang artinya: “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”

Di akhir tulisan sederhana ini, penulis berharap “Semoga kita dimasukkan oleh Allah ke dalam golongan orang-orang yang beriman yang tak lupa bagaimana caranya untuk bersyukur atas segala kenikmatan yang telah dianugerahkan kepada kita sekalian”. Dan semoga karunia yang diperoleh bukan termasuk “Istidraj”, yaitu kenikmatan semu yang dapat menimbulkan murka Allah Swt. Naudzubillah tsumma naudzubillahi min dzalik.

 

Leave a Reply