Istilah “Sadis” jika kita tinjau dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah suatu perilaku yang tidak mengenal belas kasihan, kejam, buas, ganas, kasar, mereka menghukum tawanannya. Namun penggunaan kata “Sadis” dalam tulisan ini adalah sebuah gabungan dari rangkaian huruf yaitu “Sad” dan “Is”. Masing-masing rangkaian huruf tersebut bila digabungkan akan membentuk makna yang berbeda. Penulis tidak bermaksud untuk menjebak dengan jebakan badman, akan tetapi penulis justru bermaksud ingin mengajak pembaca untuk membiasakan diri dengan membaca tuntas agak tidak gagal paham.
“Sad” adalah rangkaian huruf yang membentuk kata sadar. (Jawa, Tembung Keratabasa). Sadar di sini mengandung makna bahwa seseorang harus menyadari bahwa setiap masa pasti ada orang yang mendapatkan kepercayaan atau sebuah amanah dari pimpinan. Untuk melaksanakan amanah, maka seseorang dituntut memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi. Artinya seseorang dituntut agar dapat melaksanakan tanggung jawab atas pekerjaan atau amanah yang diberikan tersebut dengan penuh tanggung jawab. Selanjutnya dia pun harus menyadari bahwa setiap orang pada suatu masa atau waktu tertentu pasti akan mendapatkan kepercayaan atau sebuah amanah. Bagi seseorang yang berada pada posisi seperti ini, maka seyogyanya menyadari bahwa setiap menjalankan amanah akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah pada saatnya nanti. Tentu hal ini sejalan dengan yang terdapat dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Al Bukhori dan Muslim, artinya: “Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.”
Mengutip dari buku Shahih Bukhari Muslim karya Muhammad Fu’ad Abdul Baqi tentang pemimpin sebagai berikut: “Seorang raja adalah pemimpin bagi rakyatnya dan akan ditanya tentang kepemimpinannya. Seorang suami memimpin keluarganya dan akan ditanya tentang kepemimpinannya. Seorang ibu memimpin rumah dan anak-anaknya dan akan ditanya tentang kepemimpinannya. Seorang hamba (buruh) pemimpin harta milik majikannya maka akan ditanya tentang pemeliharaannya. Camkan bahwa kalian semua adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya.”
“Is” merupakan gabungan dua huruf yaitu “I” dan “S”, dua huruf membentuk dua kata yakni Ikhlas dan Sabar. Dua kata ini sering digambarkan sebagai sesuatu yang mudah diucapkan namun susah untuk diimplementasikan dan kehidupan sehari-hari. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata ikhlas berarti bersih hati, tulus hati. Dalam hubungan sesama manusia, ikhlas dimaknai memberi pertolongan dengan ketulusan hati. Sementara kata sabar dimaknai sebagai tahan dalam menghadapi cobaan (tidak lekas marah, tidak lekas putus asa, tidak lekas patah hati).
Hidup adalah cerita, maka pandai-pandailah dalam menyusun skenario ceritanya. Cerita yang indah endingnya dapat ditebak berakhir dengan kebahagiaan. Menjadi pemimpin tentu tidak akan selamanya, ketika tiba saatnya tidak menjadi pemimpin maka siapkan hati dengan ikhlas dan sabar dalam menghadapi keadaan apa pun yang akan terjadi. Tentu hal ini harus dipersiapkan dengan hati yang lapang, karena sesungguhnya hidup ini indah dan menyenangan, dan yang membuat tidak indah serta tidak menyenangkan adalah perilaku manusia yang kadang timbul di luar nalar.
Hidup ini sejatinya hanya sebuah cerita, ketika berjaya banyak orang yang ada di sekeliling kita. Mereka memuji, memberi hormat, tunduk dan patuh pada semua perintah yang diberikan, kemana pun melaksanakan tugas selalu mendapatkan pengawalan, bahkan untuk menikmati kehidupan pribadinya terkadang tidak merasa nyaman karena paparazzi selalu siap dengan kameranya yang nakal. Namun sebaliknya ketika kondisi berjaya berubah drastis menjadi sesuatu yang kurang beruntung, apakah semua akan bersikap yang sama? Ooowww…tentu tidak! Maka menjadi diri harus mawas diri. Menjadi tinggi (boleh) tapi sekali-sekali jangan memandang rendah orang lain dan seterusnya. Sejatinya jika mampu memaknai bahwa manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan orang lain, maka kita akan selalu rendah hati, tidak sombong, dan lain sebagainya.
Menjadi sebuah pengingat dan renungan bagi setiap pribadi yang kebetulan saat ini mendapatkan anugerah sebagai pemimpin. Ingat! Bahwa di dunia ini tidak ada yang kekal abadi, untuk itu mari kepercayaan atau amanah yang diberikan ini kita jalankan dengan sebaik-baiknya dan penuh tanggung jawab agar hidup kita selamat. Selamat dunia dan akhir dengan cara selalu mengingat Allah Yang Maha Kekal, Yang Maha Mengetahui atas segala sesuatu. Menuntun hati selalu mengingat kapan pun dan di mana pun kita berada.
