Semua insan tercipta sebagai khalifah di muka bumi. Sebagaimana firman Allah yang tertuang dalam Al Qur’an surat Al Baqarah ayat 30, yang artinya: “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan mensucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
Selain memiliki fungsi sebagai makhluk individu, mereka juga memiliki fungsi sosial yang salah satu perannya adalah bertanggung jawab atas keberlangsungan hidup. MTsN 4 Sidoarjo merupakan madrasah Adiwiyata, yaitu madrasah yang selama ini melakukan upaya peduli lingkungan dan menerapkan sistem untuk mewujudkan warga sekolah yang bertangung jawab dalam melindungi dan mengelola lingkungan hidup, serta mendukung pembangunan berkelanjutan.
Sebagai madrasah Adiwiyata, MTsN 4 Sidoarjo terus berproses sukses menuju Adiwiyata Nasional 2025. Penerapan perilaku ramah lingkungan hidup di lingkungan madrasah telah diwujudkan. Hal ini dilakukan dalam rangka untuk meningkatkan kesadaran dan partisipasi warga sekolah dalam menjaga kelestarian lingkungan. Salah satu upaya yang dilakukan oleh MTsN 4 Sidoarjo adalah membuat biopori. Biopori sendiri adalah lubang resapan air yang dibuat secara vertikal ke dalam tanah untuk meningkatkan daya resap air dan mengatasi genangan air.
Kegiatan pembuatan biopori melibatkan banyak unsur. Unsur tersebut terdiri atas Kepala madrasah, pendidik, peserta didik, tenaga kependidikan, kader Adiwiyata, Kelompok Kerja (Pokja) Kebersihan, Fungsi Sanitasi, dan Drainase sekolah/madrasah. Pembuatan biopori tersebut dilaksanakan secara berkala, dan dilaksanakan pada momen-momen, seperti Jum’at bersih, kerja bakti masal, peringatana hari bumi, dan beberapa momen lainnya.
Mohammad Takdiro, seorang pendidik sekaligus bertindak sebagai coordinator Pokja didampingi beberapa kader serta Pokja Kebersihan, Fungsi Sanitasi, dan Drainase sekolah pada Kamis (22/4/2025) melakukan giat pembuatan biopori di lingkungan madrasah. Takdiro panggilan akrab sosok pengampuh mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) menjelaskan mekanisme pembuatan biopori yang selanjutnya langsung dipraktikkan bersama para Kader dan Pokja.
“Langkah awal yang harus dilakukan adalah memilih lokasi. Selanjutnya setelah mendapatkan lokasi strategis, maka bisa dilakukan membuat lubang dengan ketentuan kedalaman mencapai 30 hingga 100 cm,” terangnya.
Nampak para kader dan pokja sangat antusias membantu membuat lubang hingga kedalaman hampir mencapai 100 cm. Langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah memasukkan sampah organik, seperti daun, ranting, atau sampah dapur kemudian ditutup dengan sempurna. Biarkan proses penguraian sampah organik terjadi secara alami.
Lebih lanjut Takdiro menjelaskan kepada para kader dan Pokja, bahwa jika proses penguraian oleh mikroorganisme berhasil, maka manfaat besar dapat diperoleh. Manfaat biopori tersebut antara lain dapat mengurangi genangan air, meningkatkan resapan air ke dalam tanah, dan dapat mengurangi limbah organic dengan cara menguraikannya secara alami.
