Masih ingat lirik lagu Oemar Bakri? Itu artinya Anda satu frekuensi dengan saya yang lahir sekitar tahun 80an dan beraktivitas di dunia pendidikan sampai sekarang. Di tangan Iwan Fals lagu tersebut pernah hits di zamannya. Lirik lagu yang menggambarkan kehadiran seorang guru yang bersahaja dengan penuh kesederhanaan. Dengan sepeda kumbangnya, yang setia menemani si guru dalam melakukan aktivitas sehari-hari di sekolah. Guru Oemar Bakri pada zamannya mengalami kenyataan pahit, yaitu gajiannya kecil dan belum juga dipotong untuk berbagai keperluan dari pihak-pihak tertentu. Walau demikian nilai-nilai kesederhanaan dan interaksinya dengan siswa patut diteladani.

Zaman sudah berubah, perubahan itu memang harus terjadi. Seiring berkembangnya dan kemampuan sangat minim untuk berpacu bersama dengan guru-guru zaman now. Banyak fenomena hadir di depan kita, tuntutan kerja yang hampir semua berbasis digital. Mulai dari kehadiran di sekolah harus melakukan fingerprint, melaksanakan proses pembelajaran berbasis teknologi, pemanfaatan media digital untuk melakukan asesmen, beragam aplikasi untuk melaporkan kinerja harian, bulanan, tahunan, dan itu semua harus dilakukan oleh guru zaman now.

Bagaimana dengan guru Oemar Bakri di zaman now? Tentu kondisinya sudah berbeda, di mana sepeda kumbang sudah tergantikan oleh kijang innova, brio, sigra, ayla, alphard, avanza, dan lain-lain. Waktu berinteraksi dengan siswa juga semakin sempit. Mengapa demikian? Tentu karena sebagian waktunya harus digunakan untuk menyelesaikan tagihan-tagihan tugas yang dibebankan kepada masing-masing guru.

Tas hitam dari kulit buaya, sekarang sudah berganti dengan tas laptop yang branded. Bahkan tas bu guru bisa lebih dari satu. Satu berisi laptop, satu berisi buku, modul, kabel, carger, alat pointer, dan lain-lain. Guru Oemar Bakri zaman now saya yakini masih memiliki semangat yang tinggi, kemauan yang kuat, namun di sisi lain kemampuannya sudah terbatas, terbatas karena usia yang menjelang purna tugas.

Kenyataan ini benar-benar terjadi, dan saya yakini pasti ada di semua Kementerian. sebagian tunjangan profesi dibelanjakan sebuah laptop walau kemampuan mengoperasionalkan belum bisa. Bagi guru Oemar Bakri kemampuan bisa menghidupkan laptop dan mematikan laptop saja sudah kemajuan yang luar biasa. Tiba-tiba hadir aplikasi yang bermacam-macam, bahkan laporan hasil pembelajaran siswa pun harus berbasis digital. Ada beberapa yang frustasi dan menyerah, bahkan ada yang ingin melakukan pensiun dini karena merasa tidak memiliki kemampuan untuk mengikuti arus perubahan yang begitu drastis.

Namun ada juga yang memiliki gaya ndablek (Jawa: gak ngurus). Dia nikmati saja masa-masa perubahan ini, tentu ada juga yang berusaha berinteraksi dengan guru-guru muda yang mau menyempatkan diri memberikan bimbingan atau petunjuk untuk menyelesaikan tugas-tugasnya. Al hasil, perubahan memang harus kita lalui. Yang penting tetap semangat dan yakin bahwa guru-guru muda pasti siap membantu guru Oemar Bakri di zaman now. Semua itu dilakukan agar tetap kondusif, terjaga kesehatannya, dan menikmati anugerah yang terlimpahkan dengan banyak bersyukur dan bersyukur.

 

 

 

Leave a Reply