Kata “Malu” berasal dari empat huruf. Empat huruf yang memiliki karakter sangat kuat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) rasa malu dapat dijelaskan sebagai sebuah perasaan yang tidak menyenangkan (merasa hina, merasa rendah, dan sebagainya), karena berbuat sesuatu yang kurang baik kurang benar, berbeda dengan kebiasaan, mempunyai cacat atau kekurangan, dan sebagainya. Atau segan untuk melakukan sesuatu karena ada rasa hormat, agak takut, dan sebagainya.
Namun demikian, ada sebuah pengalaman dari munculnya rasa malu akhirnya berdampak pada sebuah perubahan. Bagaimana hal itu terjadi? Mari simak pengalaman nyata berikut ini.
Sebuah ekosistem yang beranggotakan orang-orang hebat, penulis berkelas. Muncul satu nama yang bergabung di ekosistem tersebut, sebut “A” merasa kerdil dan kurang memiliki kemampuan yang jauh bila disandingkan dengan penulis-penulis lainnya. Perlahan si “A” mengikuti arus yang terus bergelombang dalam luasnya samudra. Muncul rasa malu, karena merasa kurang memiliki kemampuan yang sebanding dengan anggota-anggota lainnya.
Rasa malu terus menyeruak dalam jiwa, untuk membendung rasa malu tersebut maka si “A” mau tidak mau harus berani melakukan perubahan. Perubahan yang dilakukan tentunya ingin menjadi bagian dari ekosistem, di mana si “A” ingin memiliki kepantasan dan mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan diri sesuai dengan potensi yang dimiliki. Perlahan si “A” menata satu per satu apa yang seharusnya dia lakukan. Menjadi prioritas utama, yakni si “A” harus memiliki media untuk menulis atau yang sering disebut dengan Blog.
Melalui rekan kerjanya, akhirnya dia memiliki blog. Melalui blog ini dia ingin berlatih menulis dan dipublish secara online. Baginya menulis di blog menjadi hal penting yang harus dilakukan secara istikomah. Perkembangan dan peningkatan kualitas dari hasil belajar tidak akan nampak jika tidak dimulai dari menulis berbagai informasi di blog.
Belajar dari pengalaman, satu kunci yang harus dipegang, yakni harus mau berubah. Berubah menjadi lebih baik, berubah untuk bisa bersanding dengan anggota ekosistem yang sangat luar biasa. Membutuhkan waktu dan keajegan atau keistikomahan, karena untuk mendapatkan hasil yang baik tentu tidak langsung nampak begitu saja. Semua harus dilakukan dengan sabar dan tetap harus ada kemauan dalam diri untuk melakukan perubahan agar sedikit selangkah lebih maju.
Berterima kasih kepada semua anggota ekosistem, yang terus saling mendukung, saling sanjung atas sebuah karya yang dipublish. Benar-benar merasa bahwa belajar sepanjang hayat sudah menjadi sebuah tuntutan. Jangan berhenti untuk belajar, dan jangan pernah berhenti untuk menulis. Sebagaimana kata bijak yang disampaikan oleh Pramoedia Ananta Toer “Kau akan berhasil dalam setiap pelajaran, dan kau harus percaya akan berhasil, dan berhasillah kau; dan semua akan jadi mudah; jangan takut pada pelajaran apa pun, karena ketakutan itu sendiri kebodohan awal yang akan membodohkan semua.
“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakatdan dari sejarah.”

Saya juga sering malu walau actionnya kurang. Alhamdulillah punya rasa malu. Hehe…