Cinta itu anugerah. Setiap insan memiliki rasa cinta yang murni datangnya dari Allah Swt. Tempat bergantung atas segala keresahan, tempat berlindung dari segala kesulitan. Hadirnya cinta sebagai bukti bahwa Allah memiliki sifat wajib, yakni Maha Pengasih dan Penyayang. Melandasi cinta dengan pondasi yang kuat hanya karena Allah, karena sesungguhnya cinta sejati hanyalah milik Allah semata.
Cinta dihadirkan tidak pandang usia, dan saat cinta itu datang maka bahagianya sungguh luar biasa. Begitulah, cinta ini dihadirkan dalam hati dan dirasakan oleh semua ciptaan Allah Swt. Termasuk hadir di hati seorang Galih Prakoso, seorang siswa Sekolah Lanjutan Tingkat Atas di salah satu kota. Saat itu usianya memasuki 18 tahun dan cinta itu hadir memenuhi ruang di relung hatinya.
Ratna Dwi Saputri, seorang gadis usia beranjak remaja. Bak bunga yang sedang mekar, ada kumbang yang mencium aroma wangi di taman kota. Begitulah, gambaran gadis cantik nan elok rupa. Tanpa disadari, Galih rupanya memendam rasa cinta kepada gadis yang muda belia. Ungkapan rasa hanya dapat diungkapkan dalam sepucuk surat yang ditujukan kepada si Ratna.
“Ratna…., setiap detik, setiap waktu, bayang dirimu selalu hadir di pelupuk mataku. Ingin rasanya kusiapkan waktu hanya untuk bersua dan menyapa dirimu. Namun tiba-tiba langkah kaki dan lidahku seakan keluh saat berjumpa dirimu.” Begitulah kalimat yang belum sempat terucap dan masih tersimpan rapi dalam relung hati si Galih Prakoso.
Suatu hari, entah ada kekuatan apa sehingga Galih mampu menata kata-demi kata dan jadilah kalimat yang tersusun begitu indah. Semua yang dirasa dituangkan dalam secarik kertas merah muda dan siap dilayangkan ke udara. Inilah langkah tepat menurut Galih karena yang selama ini menghantui pikirannya berada di luar kota untuk lanjutkan studi.
“Ratna, saat kau baca tulisan ini kuberharap dirimu mau mengerti, bahwa selama ini tidak ada nama lain yang singgah di hati kecuali dirimu dan dirimu.” Itulah petikan kalimat yang tertulis dalam paragraph pertama setelah Galih menyapanya dengan salam.
“Ratna …. Laki-laki yang selama ini memujamu sesungguhnya tak pandai merangkai kata, namun izinkan diriku melalui tulisan ini untuk menyampaikan rasa yang selama ini menggoda jiwa. Karena rasa yang sangat kuat, bahkan diriku tak mampu untuk membendungnya, maka izinkan diriku untuk mengungkapkan rasa, bahwa diriku telah jatuh cinta kepada dirimu Dinda…
Ratna….Dindaku…!.
Maukah dirimu menerima cintaku?
Bergetarlah jari jemari Ratna saat menerima dan membaca kata-kata indah yang tertuang dalam surat bersampul merah muda. Ini adalah kali pertama bagi Ratna menerima surat cinta dari seorang jejaka.
Jantung berdetak kencang, suhu tubuh secepat itu berubah menjadi dingin. Berjuta kata tak mampu Ratna ucapkan, perasaan takut, bingung, bahagia, dan senang tak mampu ia bedakan. Surat cinta yang pertama membuat hidup si Ratna menjadi berbunga-bunga. Apakah ini artinya si Ratna menerima cinta dari si Galih Prakoso?
PROFIL PENULIS
Nur Sjamsuarini Pudji Astutik. Lahir 10 November bertepatan dengan peringatan hari Pahlawan. Saat ini tinggal di Sidoarjo Jawa Timur. Lulusan S1 IAIN Sunan Ampel Surabaya dan lulusan terbaik S2 IAI Al-Khoziny ini berprofesi sebagai guru di MTsN 4 Sidoarjo.
Dalam perjalanannya menulis buku, penulis telah menerbitkan tiga belas buku tunggal (Solo) dan tiga puluh buku antologi. Sebagai penulis yang telah tersertifikasi dengan hasil dinyatakan kompeten oleh Lembaga Sertifikasi Profesi Penulis dan Editor Buku Profesional (LSP PEP), maka menulis sejatinya adalah pekerjaan yang penuh tantangan, karenanya dia selalu berusaha belajar dan terus belajar agar karya berupa bukunya semakin berkualitas dan bernilai manfaat bagi banyak orang. Ingin kenal? Silakan Hubungi di WA 082331210880, email: nurpudjiastutik10@gmail.com
