Cerita ini diawali dari semangat gadis yang memasuki usia remaja. Ia hidup dalam lingkungan keluarga yang sangat sederhana. Peristiwa di asrama putri saat belajar di bangku sekolah, membuatnya bertekad hijrah ke sebuah pesantren. Pesantren putri bernama “Al Khodijah” letknya tak jauh dari sekolah. Ya sebuah sekolah agamis yang berada di pinggiran kota.

Singkat cerita, usai menuntut ilmu dan hidup di sebuah pesantren si gadis berkeinginan keras untuk mengamalkan sedikit ilmu yang telah diperolehnya.

Disampaikan niat baik itu kepada orang tuanya. Alhamdulillah orang tuanya sangat merespon dan mendukung keinginan putrinya. Rumah pak guru (ayah si gadis) seakan disulap menjadi sebuah padepokan. Sebuah tempat yang menampung anak-anak untuk belajar mengaji.

Setiap usai salat maghrib, berdatangan anak para tetangga untuk belajar mengaji. Tidak lebih dari dua puluh anak setiap hari berdatangan di rumah pak guru.

Seiring berjalannya waktu, si gadis harus menjalani kehidupan baru. Si gadis dilamar jejaka ganteng. Dan putra dari keluarga yang taat beribadah. Merawat anak-anak tetangga masih terus berlanjut. Hingga suatu saat Allah perkenankan si gadis menjadi abdi Negara. Si gadis diangkat sebagai pegawai negeri setelah enam tahun usia pernikhannya dan setelah sebelas tahun mengabdi sebagai guru honorer.

Kehidupan ibarat sebuah roda, yang selalu berputar sesuai kodratnya. Kini si gadis menjalani hidup bersama keluarga dan bahagia bersama mereka.

Kebaikan-keaikan kecil yang telah dilakukan si gadis ternyata berbuah manis. Halini dirasakan oleh si gadis, tatkala Allah perkenankan ia berangkat ke Hramain pertengahan 2023. Di Haramain (dua kota suci, yakni Makkah Al Mukarromah dan Madina Al Munawwaroh). Di Haramain semua berjalan lancer, banyak kemudahan-kemudahan yang dia rasakan. Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah pemilik alam beserta segala isinya.

Leave a Reply