Manusia diciptakan oleh Allah Swt dengan sebaik-baiknya penciptaan. Beribu perasaan bersemayam di dalam hati manusia, termasuk perasaan cinta. Membincang cinta romantis tak kan pernah habis sampai berakhirnya kehidupan di dunia ini. Jika sudah jatuh cinta, perasaan manusia menjadi berbunga-bunga.

Perasaan cinta pernah singgah di hati dua sejoli, yakni Purnomo dan Gadis. Suatu hari, saat pulang sekolah tanpa sengaja Purnono dan Gadis bertemu di gapura desa. Dua sejoli ini kebetulan tinggal di desa yang sama, namun jaraknya agak berjauhan.

“Adis, ayo cepat naik,” begitulah Purnomo mengajak Adis (panggilan Gadis) untuk segera naik diboncengan sepedanya.

“Nggak mas, Adis jalan kaki saja” begitula Gadis menolak ajakan si Purnomo

“Ayo…,” ajak Purnomo kembali meyakinkan Adis.

Namun Gadis tetap menolaknya, karena takut nanti dimarahi ayah dan ibunya. Begitulah gaya cinta monyet yang dilakoni Purnomo dan Gadis pada zamannya.

 

******

Tahun pun berganti, kini Gadis sudah menjadi seorang mahasiswi. Rupanya perasaan cinta Purnomo masih bersemayam di dalam hati, dia tak rela jika terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan pada diri Gadis. Purnomo belum bisa move on, kata ABG zaman sekarang. Saat yang sama, ada dua mahasiswa menaruh hati kepada si Gadis. Mereka berebut perhatian, pokoknya dua pria ini ingin tampil maco di depan Gadis.

“Adis, Adis mau dibawakan apa? Besok Mas Andika mau pulang ke rumah,” begitu ucap Andika saat menemui si Gadis.

Tidak berselang lama, datanglah teman Andika ke rumah si Gadis untuk berpamitan.

“Gadis, Besok Mas mau pulang, Gadis minta dibawakan oleh-oleh apa dari rumah nanti? begitulah kalimat yang diucapkan Mas Yanto.

Cinta ooooo cinta, begitulah kisahnya. Ternyata si Gadis menjadi rebutan dua pemuda yang sama-sama masih mahasiswa semester akhir yang kebetulan kost di depan rumah Gadis. Jangan berebut, tak mungkin satu kursi diduduki oleh dua orang. Itulah kalimat yang pernah terucap, sebelum mereka meninggalkan rumah kost.

Leave a Reply