Pagi ini kusengaja menikmati indahnya pantai di wilayah Situbondo Jawa Timur. Selain ingin mengambil spot foto di sekitar pantai, tiba-tiba pandangan ini mendarat pada sosok ibu yang sedang mengurai gundukan batu kecil. Nampak di sampingnya terdapat sebuah ember plastik. Sesekali nampak olehku, ia melemparkan sesuatu ke dalam ember tersebut. Kudekati dan kucari jawaban atas rasa penasaranku.

Utari sebut nama ibu yang memiliki dua orang putra ini bersedia kuajak ngobrol di tengah aktivitasnya. Dalam obrolan kami, Utari bercerita bahwa dia bersama keluarga, tinggal di desa dekat pantai. Memiliki dua orang putra, putra sulungnya sudah menikah dan putra bungsunya masih duduk di bangku SMK. Saat ku-tanya, ‘Apa yang ibu lakukan? Sambil membalik batu kecil di depannya ia menjawab: ‘Mencari keong bu.’ Oh keong!

Sejenak terlintas dalam pikiranku, apa itu keong? Kucoba cari tahu, dan ini hasilnya. Keong merupakan salah satu hewan yang dapat hidup di dua alam, yakni di perairan dan daratan. Salah satu ciri khas yang dimiliki keong adalah bila dilihat dari fisiknya, hewan ini memiliki tempurung atau yang sering kita kenal dengan istilah cangkang. Perlu diketahui pula, bahwa cangkang yang dimilikinya tersebut memiliki fungsi sebagai pelindung bagi dirinya dari serangan atau ancaman yang berasal dari luar dirinya.

Secara garis besar, tempurung atau cangkang yang dimiliki oleh keong pada dasarnya sama fungsinya seperti yang dimiliki oleh hewan siput maupun kura-kura. Keunikannya, tempurung atau cangkang keong, siput, kura-kura ini selalu menyertai dirinya dimana saja ia berjalan.
Bagi masyarakat yang keberadaan tempat tinggalnya berada di dekat pesisir pantai, salah satunya adalah Utari. Menurutnya, hewan bernama keong ini sering ia temukan dan ia dapatkan saat air dalam keadaan surut. Lebih lanjut Utari menuturkan bahwa hasil pencarian keong ini murni hanya ia konsumsi atau dimakan oleh keluarganya. Namun tidak menutup kemungkinan, ada juga dari kalangan masyarakat yang lain pencarian keong ini bisa mereka perjual belikan.

Dari jalan-jalan pagi ini, kudapati pelajaran yang sangat berharga. Dari sisi sosial kemasyarakat dan sebagai seorang hamba Allah di muka bumi ini. Pelajaran yang kudapatkan, semakin memantapkan keyakinan ini bahwa sesungguhnya seluruh ciptaan Allah Swt di muka bumi ini tidak ada yang sia-sia. Sebagaimana hal ini telah dijelaskan dalam firman-Nya Surat Ali Imran ayat 191. “(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka.”
Selagi manusia mau berusaha atau berikhtiar, sejatinya rizki yang berupa nikmat Allah Swt sangat luar biasa. Dan semua itu sudah dijelaskan oleh Allah dalam firman-Nya surat Ibrahim ayat 7 yang artinya “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku) maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”
Dari catatan perjalanan yang kulakukan pagi ini, benar-benar telah membukakan mata hati dan pikiranku. Nasehat baik sebagai seorang hamba yang lemah, janganlah malas dan janganlah lupa untuk selalu bersyukur atas segala nikmat yang telah Allah berikan untuk kita.


